ADABMENUNTUT ILMU “Janganlah engkau memberitahukan tentang kabar gembira ini kepada mereka, agar mereka tidak bersandar tanpa amal." Muttafaqun 'alaih.12 Doa dan dzikir yang dibaca pada penutup majelis: 1. Dari Ibnu Umar radhiyallahu „anhu ia berkata, 'Jarang sekali Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam berdiri dari majelis
SALAH satu cara agar ilmu agama tetap bertahan dan berkah adalah dengan memperhatikan adab. Adab sangat penting dalam menuntut ilmu agama. Jika ada orang ingin minta bantuan misalnya minta makanan kepada kita, tapi adabnya ketika meminta tidak sopan, semisal kasar meminta bahkan membentak, apakah kita akan memberi? Tentu tidak. Demikian juga dengan ilmu agama, bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu dan keberkahannya jika cara dan adab menuntut ilmu tidak kita tunaikan. BACA JUGA Berilmu Dulu Baru Beramal Itu Penting Sebagaimana disebutkan orang-orang soleh terdahulu, adab dalam menuntun ilmu itu lebih penting dari banyaknya ilmu itu sendiri. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata, بالأدب تفهم العلم “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.” Guru penulis, Syaikh Sholeh Al Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.” Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya. Ibnul Mubarok berkata, تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين BACA JUGA Mendalami Ilmu Itu seperti Berenang “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” Ibnu Sirin berkata, كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم “Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk adab sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.” [] SUMBER RUMAYSHO
RelatedPost: Perintah dan Keutamaan Menuntut Ilmu Agama BLOGSANTRI.COM – Bagi seorang muslim, menuntut ilmu adalah tanggung jawab sehingga harus dipastikan kebenaran dan manfaatnya, bagi kebahagiaan hidup di dunia dan terlebih lagi di akherat kelak. Ilmu yang diperoleh nantinya digunakan untuk memperbaiki diri sendiri dan lingkungan sekitar,
Semalam saya berdiskusi dengan suami mengenai progres hafalan Faris yang belum nambah-nambah. Mungkin dia bosan dengan metode pembelajaran saya, atau memang saya yang kurang mumpuni mendampinginya belajar. Entahlah, berkecamuk banyak pertanyaan di benak saya kenapa begini kenapa begitu. Saya terlalu menuntutnya mungkin, menggegasnya lebih awal tanpa memperdulikan hal-hal kecil yang sesungguhnya justru itulah yang bisa dia hadiahkan kepada saya saat ini. Seperti bersegera wudhu dan sholat jika sudah terdengar adzan, lebih aware saat bersuci setelah kencing, tidak berbicara saat di dalam kamar mandi, dan beberapa adab baik lainnya yang sudah ia laksanakan. Tetapi saya justru menuntut kekurangannya. Apanya yang salah? Pagi tadi saya lihat rekaman Ustadz Nuzul Dzikri Lc yang judulnya “Ayah Bunda Tolong Bawa Aku Ke Surga”. Dijawab banget semuanya disitu. Tentang kewajiban orang tua membekali anak terlebih dahulu dengan Iman sebelum Al Quran. Karena Iman akan menjadi bekal dikehidupannya sampai ke akhirat. Apakah itu kecerdasannya dalam hal ilmu dunia, ataupun tentang hapalan Al Quran nya yang banyak, tanpa Iman, maka ia sia – sia. Hebat di dunia tanpa iman, menjadikannya tidak selamat di akhirat. Hebat hapalan Al Qurannya tanpa Iman melakukan ketaatan akan menjadikannya seorang munafik. Maka sampaikan kepada anak kita tentang ini ; Abdullah bin Abbas –radhiyallahu anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Masyaa Allah, mendengar ini rasanya saya baru diingatkan tentang hal mendasar yang justru terlupakan. Dengan itu saja, sudah cukup seorang anak terhindar dari keadaan down saat gagal ujian masuk perguruan tinggi yang ia cita – citakan karena meski ia telah ikhtiar tapi jika itu bukan takdirnya maka tidak akan ia raih. Iapun percaya ada rencana Allah lainnya yang menjadi takdirnya dan itu baik baginya. Tidak akan ada anak yang minder jika keadaannya berbeda dengan teman lainnya. Baik dalam hal harta, keadaan fisik, maupun kecerdasannya. Karena ia tahu, Allah telah berikan sesuai dengan takdirnya. Sebagian kita terlalu menuntut anak untuk pintar disemua mata pelajaran. Sibuk dengan les ini dan itu. Menyampaikan bahwa kamu suatu saat harus jadi orang dengan ilmu kamu. Maka kamu harus pintar. Harus rajin belajar. Ya benar, pintar memang harus. Tapi jika itu untuk dunia, temukan saja satu bakatnya yang bisa menjadi bekal hidupnya. Apakah ia berpotensi menjadi seorang dokter, maka tidak perlu memaksanya pandai juga banyak bahasa asing. Jika dia berbakat dibidang matematika, maka tidak perlu memaksanya pandai desain misalnya. Agar waktunya terfokus pada bidang yang ia minati. Bahwa membekali anak agar siap menghadapi masa depan dengan dengan ilmu paling canggih saat inipun, belum tentu dimasa depan ilmu itu bisa ia pakai. Semua cepat berganti. Bukankah banyak saat ini orang – orang yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya dahulu? Namun dengan iman, apapun itu tak kan jadi masalah. Karena Firman Allah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” QS. Ath Tholaq 2-3 Lalu mengapa kita masih sibuk dengan persiapan dunianya saja ; Ini asuransi pendidikan, ini asuransi kesehatan, ini tabungan untuk nanti menikah, ini rumah untuk anak – anak, dst. Sampai – sampai kita sibuk dengan pekerjaan dan tak sempat lagi menikmati kebersamaan dengan anak, memberikan mereka nasihat, membekali mereka dengan berbagai rencana akhirat. Sampai lalai membekalinya dengan iman. Bahwa Allah melihatnya, bahwa setiap tindak langkahnya dicatat malaikat, bahwa jika ia kesulitan Allah yang akan menolongnya, jika ia kebingungan Allah pula yang akan menuntunnya. Bagaimana bisa kita marah kepada anak saat nilainya buruk, saat ia membangkang, saat ia tak mau sekolah. Bukan marah karena anak lalai dengan sholatnya, tak peduli dengan pergaulannya. Kita bisa marah saat anak susah bangun pagi untuk berangkat sekolah, tapi tak marah saat anak tidak bangun untuk sholat subuh. Astaghfirullah…. Bukan berapa banyak juz anak kita hapal Al Quran, tapi hatinya hampa dari rasa cinta kepada Allah. Bukan berapa banyak prestasinya ia raih disekolah, tapi seberapa dalam kecintaannya kepada Allah. Menggantungkan hati dan harapan hanya kepada Allah. Bersungguh – sungguh dalam ketaatannya kepada Allah. Jika Iman ada dalam hatinya, profesi apapun yang halal, jadi apapun ia kelak, maka itulah investasi akhirat. Itulah kesuksesan sejati. Agar sekeluarga, bisa berkumpul kembali di SurgaNya Kelak.
10Bacaan Hadist Kewajiban Menuntut Ilmu. Dalam Islam, ada beberapa anjuran untuk menuntut ilmu. Hal tersebut tertulis jelas dalama beberapa hadist menuntut ilmu berikut ini. 1. Hadist tentang ilmu adalah kewajiban. Sebuah hadist menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam. Kewajiban di sini nggak memandang apakah laki
Yang perlu diperhatikan oleh penuntut ilmu di zaman ini adalah adab dalam menuntut ilmu. Di zaman modern saat ini, beberapa pendidik merasa adab para murid mulai berkurang. MisalnyaKurang hormat dengan gurunyaTerlambat ketika menghadiri majelis ilmuTidak mengulangi muraja’ah pelajaran sebelumnyaPadahal dengan abda yang baik maka ilmu tersebut menjadi berkah. Bagaimana ingin mendapatkan keberkahan ilmu jika adabnya saja tidak diperhatikan. Ilmu tersebut mungkin tidak akan bertahan lama atau tidak akan mendapatkan di zaman keemasannya adab menuntut ilmu sangat diperhatikan oleh para ulama. MisalnyaDatang ke majelis ilmu sebelum pelajaran di mulai bahkan ada yang sampai menginap agar dapat tempat duduk terdepan karena majelis ilmu saat itu sangat ramaiMenghapal beberapa buku matan/ringkasan isi sebelum belajar ke ulama. Bahkan beberapa ulama mempersyaratkan jika ingin belajar kepadanya harus hafal dahulu. Misalnya imam Malik yang mempersyaratkan harus hafal kitab hadits yang tebal yaitu Al-Muwattha’.Menjaga suasana belajar dengan fokus dan tidak bermain-main. Misalnya bermain gadget atau HP atau mengobrol dengan kisah berikut ini, dikisahkan oleh Ahmad bin Sinan mengenai majelis Abdurrahman bin Mahdi, guru Imam Ahmad, beliau berkata,كان عبد الرحمن بن مهدي لا يتحدث في مجلسه، ولا يقوم أحد ولا يبرى فيه قلم، ولا يتبسم أحد“Tidak ada seorangpun berbicara di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang mengasah/meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum.” Siyaru A’lamin Nubala’ 17/161, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah.Berikut beberapa kisah dari ulama, mereka menekankan agar belajar adab dahulu baru ilmu. Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,قال مالك قلت لأمي ” أذهب، فأكتب العلم؟ “، فقالت ” تعال، فالبس ثياب العلم “، فألبستني مسمرة، ووضعت الطويلة على رأسي، وعممتني فوقها، ثم قالت ” اذهب، فاكتب الآن “، وكانت تقول ” اذهب إلى ربيعة، فتعلًّمْ من أدبه قبل علمه“Aku berkata kepada ibuku, Aku akan pergi untuk belajar.’ Ibuku berkata,Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah suatu jenis pakaian dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, Pergilah kepada Rabi’ah guru Imam Malik, pen! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’.” Audatul Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet. Ke-1, 1426 H, Asy-SyamilahBerkata Adz-Dzahabi rahimahullahu,كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف – أو يزيدون نحو خمس مائة – يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت“Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis [pelajaran] sedangkan sisanya hanya mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya.” Siyaru A’lamin Nubala’ 21/373, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah.Mari kita perbaiki adab kita dalam menuntut ilmu dan mengikhlaskannya kepada semoga bermanfaat—Penyusun dr. Raehanul BahraenArtikel Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Kedokteran Umum UGM, dosen di Universitas Mataram, kontributor majalah "Kesehatan Muslim"
AdabSebelum Ilmu. Sabtu, 21 Mei 2022, Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan syawalan dengan mengusung tema “ Adab Sebelum Ilmu ”. Acara ini merupakan agenda dari Prodi Pendidikan Biologi dengan tujuan menjalin silaturahmi pasca-Idulfitri, membangun kembali
Gambar Poster Dakwah yang diikutsertakan dalam Kompetisi Islamic Poster Competition Eksis FE Unnes. Adab Menuntut Ilmu adalah Iman sebelum adab, adab sebelum ilmu, dan ilmu sebelum amal. Maksud dari iman sebelum adab, yaitu kita HARUS paham sejatinya manusia di bumi ini diciptakan sebagai apa? Tentunya jika mengaku sebagai makhluk Allah yang diberikan banyak kelebihan, kita wajib tahu pula bahwa Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain untuk beribadah kepada-Nya. Dari konsep itulah kemudian kita akan tahu mengenai adab berhubungan dengan Allah, adab serta berhubungan dengan manusia sebagai sarana beribadah secara horizontal. Adab sebelum ilmu berarti bahwa diri manusia HARUS memiliki akhlak yang baik sebelum menerima ilmu. Misalnya, seorang tahfidz al-Qur’an harus memiliki akhlak mulia. Jika tidak, bisa jadi ia akan menggunakan kelebihannya itu untuk menyombongkan diri. Kemudian, ilmu sebelum amal. Sebelum mengamalkan suatu hal, kita WAJIB hukumnya menguasai ilmunya terlebih dahulu. Karena kita harus mengerti apakah amalan atau perbuatan yang hendak kita lakukan sesuai dengan hukum-Nya atau tidak. Terkadang, seseorang memiliki semangat yang luar biasa, namun masih minim ilmunya. Tetapi karena semangatnya yang membara, ia tetap bergerak padahal sebenarnya salah karena ketidaktahuannya. Akan sangat berbahaya jika seseorang bersemangat berjihad, namun ia belum memperoleh ilmu agama secara mendalam. Suatu saat ketika melihat suatu kelompok melakukan tindakan yang menyimpang atas nama agama, bisa jadi ia begitu saja percaya dan mengikuti perbuatan salah tersebut. Oleh karenanya, ketiga adab menuntut ilmu WAJIB kita pahami dan kita lakukan secara berurutan. Tidak cukup menuntut ilmu hanya berpegang pada semangat. Menuntut ilmu pun ada aturannya, agar niat baik yang kita tanam tidak menjadi sebuah kesia-siaan. Supaya pencapaian dapat diraih setinggi mungkin, serta kelak dapat kita petik seindah yang telah kita tanam. Kesuksesan itu tidak dapat diukur dengan harta yang bergelimpangan maupun tahta yang setinggi angkasa. Allah MahaTahu segalanya. Suksesnya diri kita, hanya Dia YangAgung yang dapat menilainya. Wallahu a’lam bishawab.
Adab Sebelum Ilmu, Ilmu Sebelum Amal” Dalam nasihat tersebut: adab, ilmu, dan amal, itu harus saling melengkapi. Tidak bisa berdiri sendiri. Adab saja? Apakah adab hanya sekedar berbuat baik saja? Tentu saja tidak. Salah satu maknanya adalah menempatkan suatu hal pada tempatnya. Adab saat ini menjadi komoditas yang mahal.
Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia mempunyai kemampuan untuk selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Sebab manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, yang dilengkapi akal, fikiran, dan nafsu yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Dalam pandangan ilmu sosiologi, manusia sebagai makhluk sosial memiliki makna sebuah konsep ideologi, bahwa masyarakat atau struktur sosial merupakan sebuah organisme yang memiliki kehidupan, maka dalam hal ini, manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bergantung pada makhluk hidup yang lain atau lingkungan. Maka dalam kehidupannya, manusia membutuhkan bekal. Dalam wikipedia, dijelaskan mengenai ilmu. Yaitu usaha sadar sepenuhnya untuk meneliti, menemukan, dan mengembangkan pemahaman manusia dari berbagai unsur kenyataan dalam alam manusia. Pengertian tersebut jelas bahwa dalam hidupnya, bekal pertama yang harus dimiliki manusia adalah kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Sebagaimana contohnya, ketika kita ingin bersosialisasi dengan masyarakat dengan media sholat berjamaah, maka kita harus paham ilmunya tentang sholat berjamaah. Kemudian ketika kita ingin membeli sesuatu di pasar, kita harus paham ilmunya berhitung. Maka, keilmuan dalam setiap lini kehidupan sangat penting dimiliki, hampir tidak ada yang bisa kita lakukan jika tanpa ilmu. Kewajiban memperoleh keilmuan juga disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya "Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap kaum muslimin dan muslimat" HR. Ibnu Majah. Terkini
Adapunorang yang berilmu dan tidak mengamalkan ilmu maka tercela, karena jelas ilmunya akan menjadi bumerang baginya. Asy-Syathibi rahimahullah membawakan banyak dalil yang menunjukkan akan hal itu. Beliau berkata: “Sesungguhnya ruh ilmu adalah amal. Jika ada ilmu tanpa amal maka ilmu tersebut kosong dan tidak bermanfaat.
Salah satu adab yang diajarkan dalam Islam adalah adab menuntut ilmu. Ya, adab dalam menuntut ilmau sangat diperlukan. Bahkan Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada orang Quraisy,تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari adab terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu. Berikut ini adalah adab dalam menuntut ilmu yang perlu diketahui1. Niat karena AllahHal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menuntut ilmu adalah membenarkan niat. Niatkan semua ilmu yang akan kamu pelajari hanya karena Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al Bayyinah ayat 5, وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِPadahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Rasulallah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” HR. Ahmad2. Selalu berdoaDalam menuntut ilmu hendaknya kita selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam menyerap ilmu dan Azza wa Jalla berfirmanوَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًاdan katakanlah ”Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. [Thâhâ/20114]Baca jugaAdab menghadiri pernikahan dalam IslamAdab i’tikaf di bulan RamadhanAdab berkurban dalam IslamAdab cukur rambut bayi dalam IslamAdapun doa yang biasa dipanjatkan oleh Rasul dalam menuntut ilmu adalah,اَللَّهُمَّ انْفًًًًًًََعْنِيْ مَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْماًYa Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu [HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah, dishahihkan al-Albâni]3. Selalu bersungguh-sungguhKetika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu shallallahu alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang yaitu 1 orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan 2 orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” HR. Al-Baihaqi4. Menjauhi maksiatUntuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah, maka jauhkanlah diri dari berbagai macam maksiat. Maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi sehingga ilmu sangat sulit أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ »Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali berbuat maksiat, maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya yang artinya, Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”Baca jugaAdab bercandaAdab cukur rambut bayi dalam IslamAdab memotong rambut dalam IslamAdab menyamnpaikan nasihan dalam IslamAdab puasa Ramadhan5. Selalu rendah hatiBanyak sekali orang berilmu yang justru menjadi sombong hanya karena merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Jika ingin mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat, maka tetaplah menjadi pribadi yang rendah Mujahid mengatakan,لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ“Dua orang yang tidak belajar ilmu orang pemalu dan orang yang sombong” HR. Bukhari secara muallaq6. Memperhatikan penjelasanJika ingin mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasilah ketika guru atau ustadz menjelaskan. Fokuslah untuk menyerap ilmu yang disampaikan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, yaitu mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” QS. Az-Zumar 17-187. Diam menyimakSalah satu adab dalam menuntut ilmu yang banyak ditinggalkan adalah diam ketika guru atau ustadz menjelaskan. Jangan berbicara atau bahkan mengobrol hal yang sama sekali tidak penting bahkan tidak berhubungan dengan pelajaran yang disampaikan. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Al A’raf ayat 204,وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَDan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat jugaFungsi Iman Kepada Qada dan QadarManfaat Membaca Buku Menurut IslamNasib Al Qur’an di Hari KiamatMengenang Wafatnya Pedang Allah Khalid bin WalidHukum Membatalkan Perjanjian Dalam Islam8. MenghafalSetelah berhasil memahami ilmu yang disampaikan, maka hendaknya hafal lah ilmu tersebut agar lebih mudah diingat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” HR. At-Tirmidzi.9. MengamalkanAkan percuma setiap ilmu yang didapatkan jika tidak diamalkan. Sudah seharusnya kita mengamalkanilmu yang kita dapatkan agar mendapatkan keberkahan dari Allah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya tidak mengamalkan ilmunya adalah seperti lampu lilin yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” HR Ath-Thabrani10. MendakwahkanTidak ada ilmu yang bermanfaat jika tidak dibagikan kepada orang lain. Maka sebarkanlah ilmu tersebut kepada mereka yang belum mengetahuinya. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS. At-Tahriim 6.Itulah 10 adab menuntut ilmu yang perlu diketahui. Semoga setiap ilmu yang kita dapatkan bermanfaat dan menjadi berkah bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Aamiin.
Adabdan Akhlaq dalam Menuntut Ilmu Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan.
JAKARTA - Pada masa generasi Thabi'in, ada seorang ulama cendekiawan yang sangat luas dan mendalam keilmuannya. Sampai-sampai oleh para ulama lainnya digelari "Rabi'atur Ra'yi" Logika musim semi. Gelar untuk menggambarkan betapa jenius ulama ini. Praktis, Rabi'atur Ra'yi menjadi tujuan uatama para penuntut ilmu untuk belajar. Tidak terkecuali Malik bin Anas. Seorang remaja yang kelak akan dikenal sebagai Imam Malik Rahimahullah, peletak dasar Madzhab Maliki. Ada momen terpenting, menurut saya, yang perlu kita underline, ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi'atur Ra'yi, yaitu nasehat sang Bunda. "Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi'atur Ra'yi sebelum kau pelajari ilmunya." Sebuah pesan singkat, namun sangat mendalam maknanya. Sejatinya, ada pesan lain yang tersirat dari pesan Bundanya Malik bin Anas, yaitu "Nak, jika kau tak temui adab pada diri Rabi'atur Ra'yi, maka kau tak perlu buang-buang waktu belajar ilmu kepadanya." Mengapa? Sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun jika tiada adab di dalamnya. Terlebih bila ilmu setitik nila, plus kehilangan adab. Allah telah menyindir keras para ahli ilmu Rabi Bani Israil yang tiada adab dalam dirinya dengan perumpamaan seekor keledai yang memikul kitab-kitab dipunggungnya QS. 62 5. Keledai tentulah tiada paham untuk apa kitab-kitab yang dipikulnya itu. Demikianlah, Allah menyindir keras para ahli ilmu yang berjilid-jilid kitab dalam kepalanya, namun tiada adab tertanam dalam diri dan lisannya. Sia-sia ilmunya. Bahkan, malah menyeretnya pada jika para ulama sepakat, "Kada al-adab qabla al-'ilm" Posisi adab itu sebelum ilmu. Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat shalih, berkata, "Thalabtul adab tsalatsuna sanah wa thalabtul 'ilm 'isyrina sanah" Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya. Jernih sekali nasehat Imam Asy-Syafi'i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid, "Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan." Maka, sudahkah konsep adab sebelum ilmu diterapkan di sekolah-sekolah kita? Sudahkah kita belajar adab sebelum ilmu? Dan, sudahkah kita belajar ilmu kepada guru yang memiliki adab mulia? Oleh Muhammad Syafi'ie el-Bantanie, Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan, Founder Sahabat Remaja Indonesia BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Artinya “Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor” (HR. At Tirmidzi no. 2002, ia berkata: “hasan shahih. Bukti bahwa akhlak lebih tinggi daripada ilmu, Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:
0% found this document useful 0 votes344 views4 pagesOriginal TitleAdab Sebelum Ilmu dan Ilmu Sebelum AmalCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes344 views4 pagesAdab Sebelum Ilmu Dan Ilmu Sebelum AmalOriginal TitleAdab Sebelum Ilmu dan Ilmu Sebelum AmalJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
AdapunDoa-doa yang kita sebelum belajar adalah sebagai berikut ; Daftar Doa-doa Sebelum Belajar. 1. “Rabbi zidnii ‘ilman warzuqnii fahmaa, waj’alnii miinashshaalihiin”. Yang artinya ; Ya Allahh, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman dan jadikanlah aku termaksud golongan orang- orang yang sholeh. 2.
. 1l4dwhf8g3.pages.dev/2611l4dwhf8g3.pages.dev/6801l4dwhf8g3.pages.dev/6161l4dwhf8g3.pages.dev/521l4dwhf8g3.pages.dev/7861l4dwhf8g3.pages.dev/1761l4dwhf8g3.pages.dev/2431l4dwhf8g3.pages.dev/9161l4dwhf8g3.pages.dev/831l4dwhf8g3.pages.dev/4341l4dwhf8g3.pages.dev/2981l4dwhf8g3.pages.dev/3021l4dwhf8g3.pages.dev/8151l4dwhf8g3.pages.dev/9261l4dwhf8g3.pages.dev/240
adab sebelum ilmu ilmu sebelum amal