NurSutan Iskandar (lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893 - meninggal di Jakarta,28 November 1975 pada umur 82 tahun) adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur. Seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah.
Novel Kumpulan Balai Pustaka Karya MERARI SIREGAR Azab dan Sengsara. Jakarta Balai Pustaka. Cet. 1 tahun 1920, 1965. Binasa Karena Gadis Priangan. Jakarta Balai Pustaka 1931. Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi. Jakarta Balai Pustaka 1924. Cinta dan Hawa Nafsu. Jakarta Karya MARAH ROESLI Siti Nurbaya. Jakarta Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969. La Hami. Jakarta Balai Pustaka. 1924. Anak dan Kemenakan. Jakarta Balai Pustaka. 1956. Memang Jodoh naskah roman dan otobiografis Tesna Zahera naskah Roman Terjemahannya Gadis yang Malang novel Charles Dickens, 1922. Karya ABDUL MUIS Salah Asuhannovel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972 Pertemuan Jodoh novel, 1933 Surapati novel, 1950 Robert Anak Surapatinovel, 1953 Karya TULIS SUTAN SATI Tak Disangka 1923 Sengsara Membawa Nikmat 1928 Syair Rosina 1933 Tjerita Si Umbut Muda 1935 Tidak Membalas Guna Memutuskan Pertalian 1978 Sabai nan Aluih cerita Minangkabau lama 1954 Karya SUMAM HASIBUAN “Pertjobaan Setia” 1940 “Mentjari Pentjuri Anak Perawan” 1957 “Kasih Ta’ Terlarai” 1961 “Kawan Bergelut” kumpulan cerpen “Tebusan Darah“ Karya Haji ABDUL MALIK KARIM Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab. Si Sabariah. 1928 Pembela Islam Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq,1929. Adat Minangkabau dan agama Islam 1929. Ringkasan tarikh Ummat Islam 1929. Kepentingan melakukan tabligh 1929. Hikmat Isra’ dan Mikraj. Arkanul Islam 1932 di Makassar. Laila Majnun 1932 Balai Pustaka. Majallah Tentera’ 4 nomor 1932, di Makassar. Majallah Al-Mahdi 9 nomor 1932 di Makassar. Mati mengandung malu Salinan Al-Manfaluthi 1934. Di Bawah Lindungan Ka’bah 1936 Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1937, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. Merantau ke Deli 1940, Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. Margaretta Gauthier terjemahan 1940. Tuan Direktur 1939. Dijemput mamaknya,1939. Keadilan Ilahy 1939. Tashawwuf Modern 1939. Falsafah Hidup 1939. Lembaga Hidup 1940. Lembaga Budi 1940. Majallah SEMANGAT ISLAM’ Zaman Jepun 1943. Majallah MENARA’ Terbit di Padang Panjang, sesudah revolusi 1946. Negara Islam 1946. Islam dan Demokrasi,1946. Revolusi Pikiran,1946. Revolusi Agama,1946. Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946. Dibantingkan ombak masyarakat,1946. Didalam Lembah cita-cita,1946. Sesudah naskah Renville,1947. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947. Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar. Ayahku,1950 di Jakarta. Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950. Mengembara Dilembah Nyl. 1950. Ditepi Sungai Dajlah. 1950. Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950. Kenangan-kenangan hidup 2. Kenangan-kenangan hidup 3. Kenangan-kenangan hidup 4. Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950. Sejarah Ummat Islam Jilid 2. Sejarah Ummat Islam Jilid 3. Sejarah Ummat Islam Jilid 4. Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950. Pribadi,1950. Agama dan perempuan,1939. Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang. 1001 Soal Hidup Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950. Pelajaran Agama Islam,1956. Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952. Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1. Empat bulan di Amerika Jilid 2. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia Pidato di Kairo 1958, utk Doktor Honoris Causa. Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM. Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta. Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta. Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970. Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang. Ekspansi Ideologi Alghazwul Fikri, 1963, Bulan Bintang. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968. Falsafah Ideologi Islam 1950sekembali dr Mekkah. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 sekembali dr Mekkah. Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam Kuliah umum di Universiti Keristan 1970. Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat. Himpunan Khutbah-khutbah. Urat Tunggang Pancasila. Doa-doa Rasulullah Sejarah Islam di Sumatera. Bohong di Dunia. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang. Pandangan Hidup Muslim,1960. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973. [Tafsir Al-Azhar][1] Juzu’ 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno. Karya ADINEGORO Darah Muda. Batavia Centrum Balai Pustaka. 1931 Asmara Jaya. Batavia Centrum Balai Pustaka. 1932. Melawat ke Barat. Jakarta Balai Pustaka. 1950. Karya NUR SUTAN ISKANDAR Apa Dayaku karena Aku Perempuan Jakarta Balai Pustaka, 1923 Cinta yang Membawa Maut Jakarta Balai Pustaka, 1926 Salah Pilih Jakarta Balai Pustaka, 1928 Abu Nawas Jakarta Balai Pustaka, 1929 Karena Mentua Jakarta Balai Pustaka, 1932 Tuba Dibalas dengan Susu Jakarta Balai Pustaka, 1933 Dewi Rimba Jakarta Balai Pustaka, 1935 Hulubalang Raja Jakarta Balai Pustaka, 1934 Katak Hendak Jadi Lembu Jakarta Balai Pustaka, 1935 Neraka Dunia Jakarta Balai Pustaka, 1937 Cinta dan Kewajiban Jakarta Balai Pustaka, 1941 Jangir Bali Jakarta Balai Pustaka, 1942 Cinta Tanah Air Jakarta Balai Pustaka, 1944 Cobaan Turun ke Desa Jakarta Balai Pustaka, 1946 Mutiara Jakarta Balai Pustaka, 1946 Pengalaman Masa Kecil Jakarta Balai Pustaka, 1949 Ujian Masa Jakarta JB Wolters, 1952, cetakan ulang Megah Cerah Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II Jakarta JB Wolters, 1952 Megah Cerah Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III Jakarta JB Wolters, 1952 Peribahasa Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta JB Wolters, 1946 Sesalam Kawin This entry was posted on Minggu, Maret 15th, 2009 at 233 pm and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Navigasi pos Previous Post Next Post »
Tidakdisangka-sangka sama sekali bahwa rumah baru yang didirikan disebelah rumah ayahnya di Tagopapu ialah milik dokter Suparta untuk istrinya Ratna. SINOPSIS NOVEL ATHEIS Karya : Achdiat Kartamiharja Hasan adalah pemuda desa yang taat pada agama, lugu dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
Resensi Novel Sengsara Membawa Nikmat A. Identitas buku Judul buku Sengsara Membawa Nikmat Penulis Tulis Sutan Sati Penerbit Balai Pustaka Kota terbit Jakarta Tahun terbit 2006 B. Identas pengarang Tulis Sutan Sakti adalah salah satu sastrawan angkatan Balai Pustaka. Beliau lahir di kota Minangkabau tahun 1898 Bukittinggi, Sumatra Barat. Semasa hidupnya beliau pernah menjadi guru. Bakat kepengarangannya menjadikan beliau sebagai salah satu redaktur di penerbitan, yang pada masa dahulu milik Belanda. Penerbitan itu ialah Balai Pustaka. Beliau hidup di zaman penjajahan Jepang dan Belanda. Beliau wafat pada tahun 1942 yang saat itu masa penjajahan Jepang. Semasa hidupnya ia dikenal sebagai orang yang dermawan dan berpendidikan. Buku-buku karyanya sangat digemari para kutu buku. Adapun buku-buku karya Sutan adalah Tak Disangka 1923, Sengsara Membawa NIkmat 1928, Syair Rosina 1973, Memutuskan PErtalian 1978 dan masih banyak lagi. C. Sinopsis Novel Novel karya Tulis Sutan bercerita tentang dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang masih milik keluarganya. Kacak selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun daripada Kacak. Kacak selalu iri dengan Midun , karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada dirinya hal itulah yang menjadi pangkal dari permusuhann diantara mereka. Kacak beranggapan bahwa penyebab ia tidak disukai oleh orang-orang adalah akibat hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya. Maka pertengkaran-pertengkaran pun tak terelakkan. Pada suatu hari Midun memukul seorang laki-laki gila yang mengacau di pasar. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kacak untuk mengadu kepada tuanku Laras agar Midun dihukum. Karena orang gila itu masih sekeluarga dengan Tuanku Laras, maka pengaduan Kacak itu diterima. Dan Midun pun dihukumlah. Hukuman yang diterima Midun tidak membuat Kacak berhenti. Kacak masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya. Tidak jarang pula Kacak selalu mencari gara-gara untuk memancing agar Midun emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran midunlah semua pancingan Kacak tidak pernah ditanggapinya. Midun selalu ingat nasihat Haji Abbas guru mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya tidak untuk berkelahi dan mencari musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman. Suatu hari, istri Kacak terjatuh ke dalam sungai dan ia hampir terbawa arus, Pada saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian berusaha menyelamatkan wanita itu. Namun pertolongan Midun ditanggapi oleh Kacak. Ia bahkan menudu Midun akan memperkosa istrinya, sehingga Kacak justru akan menantang Midun untuk berkelahi. Dalam perkelahian itu Midun berhasil mengalahkan Kacak. Kekalahan membuat Kacak semakin menyimpan dendam. Kacak melaporkan kejadian itu kepada Tuanku Laras. Ia memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku Laras percaya dengan laporan Kacak sehingga Midun mendapat hukuman bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah. Selama Midun menjalani hukuman itu, Kacak ditugaskan oleh tuanku Laras untuk mengawasi Midun. Tentu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kacak. Kacak memiliki kesempatan yang besar untuk mencelakai Midun. Tiap hari Kacak menghina dan berlaku kasar kepada Midun. Midun menerima semua itu dengan tabah. Hingga di sini Kacak belum juga puas. Ia tidak rela bila Midun masih berada di kampong itu. Keberadaann Midun menjadi penghalang bagi Kacak untuk berbuat sesuka hati di kampong mereka. Karena itulah Kacak berusaha untuk melenyapkan Midun untuk selama-lamanya. Untuk itu Kacak menyewa seorang pembunuh bayaran bernama Lenggang untuk melenyapkan jiwa Midun. Kesempatan terbuka bagi Kacak untuk melampiaskan nafsunya itu. Ketika Midun dan Maun sahabatnya sedang menonton pacuan di Bukittinggi, secara tiba-tiba mereka diserang oleh Lenggang, perkelahian pun terjadi. Mereka kengkan mudian ditangkap oleh tentara Kompeni dengan tuduan membuat huru-hara. Midun dan Lenggan di jatuhi hukuman penjara di Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena Midun sengaja tidak melibatkan Maun dalam hal itu. Di dalam penjara Midun mendapat perlakuan yang tidak wajar. Begitu masuk ia sudah diadukan dengan si ganjil jagoan di penjara itu. Tetapi untung Midun dapat mengalahkannya. Sehingga seisi penjara menjadi segan terhadapnya. Namun ia masih saja menerima perlakuan yang menyakitkan dari sipir-sipir penjara. Berkat nasihat-nasihat dari Gempa Alam sipir yang membawanya ke penjara itu, Midun akhirnya tabah juga menjalani cobaan-cobaan hidup itu. Ketika Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu jalan, ia menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang gadis bernama Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun terjadilah diantara mereka. Dan begitu Midun sudah selesai menjalani masa tahanannya, Halimah meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah. Karena ia ingin dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki belanda yang sejak dahulu mengurus dirinya dan ibunya. Hasrat laki-laki itu dikeluarkan setelah ibun Halimah meninggal ketika Midun masih di dalam penjara. Atas pertolongan Pak Karto petugas bagian dapur penjara, mereka berhasil melarikan diri ke Jawa dan kemudian pergi ke Bogor menemui ayah Halimah seorang bekas pensiunan Wedana. Di sana mereka diterima dengan baik. Midun diminta tinggal di rumah itu. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu tinggal di rumah itu bila hanya untu menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan mencari pekerjaan. Midun mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta, Midun berkenalan dengan saudagar Arab yang kaya raya, yang sebenarnya adalah seorang rentenir. Tanpa berprasangka buruk, Midun mmenerima tawaran syekh itu yang akan meminjami uang sebagai modal. Dengan modal hasil pinjaman dari orang Arab itu, Midun membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun berkembang pesat sehingga membuat syekh itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena hutangnya dihitung berlipat ganda. Gagal menagih syekh menagih dengan cara lain, ia bersedia Midun tidak membayar hutang dianggap lunas jika Midun menyerahkan Halimah kepadanya. Tentu saja ini membuat Midun dan Halimah marah. Akhirnya orang Arab itu mengadukannya ke kompeni, dan Midun ditahan. Setelah dari tahanan, suatu ketika Midun sedang berjalan-jalan di pasar baru. Di sana ia melihat seorang pribumi yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda. Ketika melihat Sinyo Bleanda tewrdesak, Midun menolongnya. Sinyo Belanda selamat. Ternyat kemudian diketahui bahwa orang tua Sinyo Belanda itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda terima kasih, Midun ditawari kerja di sana sebagai Sekertaris. Tak lama kemudian Midun menikahi Halimah. Midun dipindahkan menjadi menteri kebijakan di tanjung priok. Sekembalinya ke Betawi, Midun mendatangi Hoofscommissaris untuk meminta agar ia di pindahkan ke bukittinggi, dengan alasan mau bekerja di tanah kelahirannya. Kantor itu mengijinkan. Maka kemudian Midun sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan oleh Asisten Resident Bukittingi ia ditempatkan sebagai asisten Demang di saja hal ini membuat kalang kabut Kacak. Musuhnya. Karena malu dan takut, kecurangannya menggelapkan uang Negara terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi meninggalkan daerah itu, dan tak pernah kembali lagi. Seteah berkumpul kenbali dengan seluruh keluarga dan para sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri itu dengan gelar Datuk Paduka Raja. Unsur Intrinsik Novel 1. Tema Bercerita tentang dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang masih milik keluarganya. Kacak selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun daripada Kacak. 2. Tokoh Tokoh utama Midun Tokoh kedua Kacak Tokoh ketiga Halimah Tokoh pembantu Tuanku Laras, Pak Karto, Haji Abas, Maun, Karidun, Pendekar Sutan, Jenang Sapir dan lain-lain. 3. Penokohan a. Midun seorang yang baik, penyabar, dermawan, suka menolong dan gagah berani. “Kacak masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya. Tidak jarang pula Kacak selalu mencari gara-gara untuk memancing agar Midun emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran midunlah semua pancingan Kacak tidak pernah ditanggapinya. Midun selalu ingat nasihat Haji Abbas guru mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya tidak untuk berkelahi dan mencari musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman.’’ b. Kacak seorang yang jahat, sombong, selalu iri terhadap Midun dan selalu ingin mencelakai Midun. “Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang masih milik keluarganya. Kacak selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya.” c. Halimah Sosok wanita yang cantik, berbudi pekerti baik, sederhana dan berani. “sungguh cantik elok wanita itu, sukar didapat mahal dicari” d. Alur Alur yang terdapat pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” menggunakan alur maju. Pertikaian Midun dan kacak yang tiada henti dan kebencian Kacak yang tiada hentinya. Kacak selalu menyusun rencana untuk menhancurkan Midun. Midun tidak pernah merasa dendam terhadap Kacak. Pada saat Midun mencari pekerjaan Ia mengikuti sudagar kaya yang menjual kain dan ikut bekerja dengannya. Namun tiba-tiba Midun tertipu dan difitnah oleh saudagar kaya tersebut dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. Setelah Midun terbebas dari penjara ia mendapat pekerjaan sebagai polisi di Tanjung lama kemudian Midun menikahi Halimah dan memiliki anak kembali ke kampong halamannya, dan diangkat menjadi penghulu yang bergelar Datuk Paduka Raja karena kebaikannya. Kacak pun di penjara karena menggelapkan uang. e. Sudut pandang sudut pandang pengarang novel “Sengsara Membawa Nikmat” menggunakan sudut pandang orang ketiga “ia sudah berumur lebih dari 45 tahun. Midun ketika itu duduk di pasar. Dia sedang duduk di dalam sebuah lepau nasi.”. f. Latar a. Latar tempat Di pasar a. “Pada suatu hari Midun memukul seorang laki-laki gila yang mengacau di pasar” b. Latar waktu pukul sore a. “Waktu asar sudah tiba. Amat cerah hari petang itu.” c. Latar suasana Tegang a. “tiba-tiba kedengaran teriak orang meminta pertolongan, dan ternyata Katijah hanyut terbawa arus. Tidak lama kelihatan rambut seorang wanita di dalam tenggelam di dalam air. Dan akhirnya Midun melompat kesungai dan menolongnya.” g. Amanat Setiap kesabaran akan membuahkan hasil yang besar. Seorang laki-laki tidak bboleh menyalahgunakan kemampuannya untuk kejahatan atau mencari musuh. Unsur Ekstrinsik Nilai Moral a. Moral baik “Midun selalu memaafkan semua perbuatan yang dilakukan oleh Kecak kepadanya” b. Moral buruk “Kecak selalu iri terhadap Midun karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada dia. Nilai Religius a. “Midun teringat akan perkataan Haji Abas guru mengajinya yaitu tidak boleh menyalahgunakan kekuatannya utuk mencari musuh” Nilai Budaya a. “Terdengar suara orang berkasidah yang dilakukan hampir setiap hari” b. “sudah biasa tolong-menolong menjadi kebiasaan warga kampong” Keunggulan Novel Novel ini sangat menarik untuk dibaca karena novel ini mengajarkan kita arti dari kesabaran dan buah dari apa yang kita lakukan. Perwatakan tokoh mudah dipahami dan gaya bahasa yang fresh dan mudah dipahami oleh pembaca. Kelemahan Novel Cerita yang terlalu panjang, halaman yang cukup tebal, dan sedikit membosankan karena memiliki initi yang sama. Kesimpulan Novel “Sengsara Membawa Nikmat” sangat bagus untuk dibaca kaum lelaki. Karena pertikaian yang dilakukan oleh tokoh antagonis dapat diatasi oleh protagonis. Mengajarkan kita agar tidak dendam dan membalas kejahatan dengan kebaikan.
. 1l4dwhf8g3.pages.dev/8261l4dwhf8g3.pages.dev/6941l4dwhf8g3.pages.dev/4421l4dwhf8g3.pages.dev/3121l4dwhf8g3.pages.dev/4191l4dwhf8g3.pages.dev/5361l4dwhf8g3.pages.dev/6641l4dwhf8g3.pages.dev/3021l4dwhf8g3.pages.dev/1431l4dwhf8g3.pages.dev/6121l4dwhf8g3.pages.dev/4631l4dwhf8g3.pages.dev/4461l4dwhf8g3.pages.dev/1471l4dwhf8g3.pages.dev/7531l4dwhf8g3.pages.dev/237
sinopsis novel tak disangka 1923